Energi Baru dan Terbarukan Pelet Kayu Wood Pellet
Ketidak stabilan harga batu bara waktu ini mendorong orang-orang
berkreasi dengan kreatifitas untuk membuahkan sebuah inovasi baru yang
dapat menukar posisi batu baru. Salah satu dari inovasi-inovasi yang
telah dibikin adalah Wood Pellet.
Wood Pellet atau Pelet Kayu merupakan salah satu jenis bahan
bakar alternatif terbarukan yang lebih ramah lingkungan (Bioenergy).
Bentuknya hampir sama dengan Briket Kayu, tapi ukuran dan bahan
perekatnya berbeda wood pellet manufacturers .
Wood Pellet atau PELET KAYU dapat dihasilkan dari kayu seperti kayu Kaliandra, limbah kayu atau sisa kayu dari pabrik furniture, dari bermacam batang pohon, kulit kayu pohon, dari batang pohon kelapa sawit, dan dapat terhitung dari bahan lain nya seperti dari : sekam padi, tongkol jagung, ampas tebu, rumput, EFB Fiber, Tandan Kosong (EFB) adalah limbah biologis dari proses pengolahan minyak sawit, lalu dapat terhitung pelet kayu ini berasal dari bambu, sekam biji bunga matahari, kulit kacang, biji melon serta sekam buah lainnya, lalu dari bermacam jerami tanaman, seperti: jerami gandum, jagung jerami, jerami buluh, jerami padi, batang kapas, dll.
Dari salah satu bahan baku tsb diatas, lantas bahan baku tsb diolah menjadi serbuk dengan ukuran panjang 1 sampai 3 cm serta diameter kira-kira 6 sampai 10 mm. Setiap butir serbuk Wood Pellet berwujud silinder yang padat. Kepadatannya berkisar 650 kg/m3 atau 1,5 m3/ton.
Wood Pellet atau pelet kayu ini punya banyak sekali faedah dan bermacam fungsi. Wood pellet dapat digunakan untuk memenuhi bermacam macam kebutuhan, baik keperluan tempat tinggal tangga maupun keperluan industri dan perusahaan.
Untuk keperluan tempat tinggal tangga, Wood Pellet sering kali dimanfaatkan sebagai bahan bakar penghangat ruangan. Penghangat ruangan benar-benar dibutuhkan bagi negara-negara yang mengalami musim dingin seperti Korea, Jepang, Tiongkok, dan bermacam negara di Benua Eropa.
Walaupun sesungguhnya negara-negara tadi terhitung memproses Wood Pellet, tapi sumber bahan pembuatan Wood Pellet di negara-negara tadi jauh lebih lambat ketimbang perkembangan bahan pembuatan Wood Pellet di negara tropis seperti Indonesia. Bahkan, selisih perkembangan tanaman yang digunakan sebagai bahan pembuatannya dapat meraih 1 tahun.
Di Korea sendiri, Stok atau ketersediaan Wood Pellet yang dibutuhkan meraih 100
ribu ton tiap-tiap tahunnya. Wood Pellet dengan kuantitas sebanyak itu telah termasuk keperluan tempat tinggal tangga dan terhitung bermacam perusahan industri di sana. Bahkan, pemerintah Korea telah memutuskan untuk berubah dari memakai batu bara menjadi Wood Pellet.